Hampir di setiap sudut kehidupan, kita
akan menyaksikan begitu banyak orang yang bekerja. Apalagi bagi seorang muslim bekerja
dimaknai sebagai suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh
aset, pikir, dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti
dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan
dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairu ummah) (Tasmara, 2002:25). Atau dengan kata lain dapat juga
kita katakan bahwa dengan hanya bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.
Keberhasilan kerja seseorang ditentukan
oleh adanya etos kerja tinggi yang tertanam dalam dirinya. Dengan cara memahami
dan meyakini ajaran-ajaran agama yang berhubungan dengan penilaian ajaran agama
tersebut terhadap kerja, akan menumbuhkan suatu etos kerja pada diri seseorang.
Pada perkembangan selanjutnya etos kerja ini akan menjadi pendorong
keberhasilan kerjanya. Persoalannya bagaimana konsep etos kerja dalam Islam
yang digali dari al-Quran dan al-Hadis.
Mereka yang beretos kerja memiliki
semacam semangat untuk memberikan pengaruh positif kepadanya bahkan kepada lingkungannya.
Keberadaan dirinya diukur oleh sejauh mana potensi yang dimilikinya memberikan
pengaruh mendalam bagi orang lain (tasmara, 2002:13).
B.
Hakikat
Etos Kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ‘etos’ adalah pandangan hidup yang khas
dari suatu golongan sosial, dan etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi
cirri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Sedangkan dalam pedoman
penghayatan dan pengalaman pancasila, suatu etos kerja dapat dikatakan dimuat
di bawah sila yang kelima, yaitu: sikap adil terhadap sesama, keseimbangan
antara hak dan kewajiban, menghormati hak-hak orang lain, suka member
pertolongan dengan tujuan agar yang ditolong bisa berdiri sendiri, bekerja
keras dan menghargai hasil karya orang lain.
Sejalan dengan itu,
Ciri-ciri orang yang mempunyai dan
menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya dalam
melakukan suatu hal. Hal tersebut akan dilakukannya dengan sebaik-baiknya, dan sesempurna mungkin
yang dihiasi dengan kejujuran dan semangat kerja. Sehingga apa yang telah
dilakukannya bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Selain itu, setiap
tindakan yang dilakukannya juga disertai oleh rasa tanggung jawab.
Dengan dimikian, etos menyangkut
semangat hidup, termasuk semangat bekerja, menuntut ilmu pengetahuan dan
meningkatkan keterampilan agar dapat membangun kehidupan yang lebih baik di
masa depan. Manusia tidak akan memperbaiki hidupnya tanpa semangat kerja, pengetahuan
dan keterampilan yang memadai tentang pekerjaan yang ditangani.
C.
Tasawuf
dan Etos Kerja
Tasawuf sering dianggap mengandung
ajaran yang melemahkan etos kerja. Misalnya dalam tasawuf ada yang disebut
wara’ (menjauhi perbuatan dosa), zuhud (hidup sederhana), qana’ah (merasa puas
dengan apa yang dimiliki),farq (kemiskinan), dan lain-lain. Tasawuf juga memiliki
kebiasaan membaca wirid, zikir, dan doa yang menyita banyak waktu, sehingga
dapat mengurangi kesempatan untuk mencari uang. Memang tasawuf
memiliki ajaran seperti itu, tetapi tidak dimaksudkan supaya orang menjadi
malas, tidak disipin, bahkan tidak mau bekerja keras. Ajaran tasawuf itu bertujuan agar manusia tidak mencari uang dengan
cara yang haram, menyalahi aturan agama setelah kaya atau ingkar terhadap tuhan
ketika hidup miskin.
Pada dasarnya
tasawuf itu baik dan benar, tetapi persepsi orang terhadapnya sering keliru.
Ini disebabkan oleh mentalitas masyarakat Indonesia yang sudah rusak akibat
berbagai pengalaman sejarah yang menyakitkan selama ini. mentalitas masyarakat
yang rusak menyebabkan persepsi terhadap ajaran agama kadang-kadang keliru,
seperti persepsi terhadap ajaran tasawuf.
Karenanya,
persepsi yang keliru itu harus dilacak pada sikap kerusakan sikap mental
masyarakat. Mentalitas masyarakat Indonesia mulai
rusak ketika mengalami penjajahan ratusan tahun. Penjajahan ini lah yang
menyebabkan masyarakat menderita lahir batin. Seperti hidup miskin, kecewa,
frustasi, stress, pesimistis, serta merasa tidak ada masa depan. Ini kemudian
menjungkirbalikkan tatanan masyarakat serta merusak mentalitas dan cara
berpikir. Akibatnya nilai-nilai dari budaya dan agama sering dipersepsikan
secara keliru. Inilah yang telah
dialami oleh tasawuf yang sering dipersepsikan sebagai faktor yang melemahkan etos kerja. Untuk
memperbaiki persepsi yang keliru itu, selain mentalitas masyarakat perlu
dibangun kembali, juga ada baiknya dilakukan reinterpretasi terhadap
sikap-sikap dan ajaran tasawuf.
Menyadari hal tersebut, jika menganggap
bahwa tasawuf itu dapat melemahkan etos kerja bertentangan dengan ajaran dasar
Islam yang mewajibkan manusia bekerja. Padahal tasawuf sebagai bagian dari
ajaran Islam yang tidak mungkin bertentangan dengan ajaran dasar agama Islam.
Kalau bertentangan dengan ajaran dasar Islam, maka ajaran tasawuf itu salah
atau keliru. Menurut ajaran Islam, bekerja itu wajib, setidaknya untuk memenuhi
kebutuhan diri sendiri, keluarga dan umat. Tasawuf pun sejalan dengan ajaran
dasar Islam, sehingga tasawuf tidak melemahkan etos kerja, tetapi malah dapat
memperkuat etos kerja.
D.
Konsep
Etos Kerja dalam Tasawuf
Untuk
meningkatkan semangat atau etos kerja dalam diri kita, para ahli sufi telah
mengajarkan kita melalui sikap yang mereka contohkan dalam kehidupan mereka
sesuai dengan ajaran dan konsep tasawuf. Diantaranya, sikap Optimisme, Istiqamah,
Sabar, Ikhlas, Ridha, Qana’ah, Takwa, Takut, Tawakal, Tobat, Zuhud, Wara’,
Syukur, Cinta, Rindu, Shidiq, Syaja’ah, Takdir, Malu, Zikir, Doa, Tafakkur,
Uzlah, Kemiskinan, dan Kematian.
Sikap
Optimisme atau harapan jelas mempunyai tujuan yang dapat membuat semangat kerja
seseorang menjadi kuat, karena untuk menciptakan sikap optimisme ini
membutuhkan usaha yang besar pula. Jika harapannya untuk bertemu dengan Allah,
maka ia harus berusaha keras untuk mendekatkan diri kepanya-Nya. Namun jika ia
berharap kehidupan didunianya lebih baik, maka ia harus bekerja keras dan
bersungguh-sungguh. Untuk itu, tasawuf dapat mengajak kita untuk bekerja keras
untuk mencapai apa yang kita inginkan, namun apabila harapan itu tidak tercapai
maka kita tidak boleh berputus asa, karena hal ini sangat bertentangan dengan
sikap optimisme. Apapun pekerjaan yang kita lakukan, maka kita harus tetap
memiliki sikap optimisme, agar apa yang kita harapkan dapat dikabulkan oleh
Allah SWT.
Selanjutnya
adalah sikap Istiqamah atau sikap
teguh terhadap sesuatu, istiqamah merupakan salah satu hal penting dalam
melakukan suatu pekerjaan. Dengan sikap teguh atau konsisten yang kita miliki,
maka dengan mudah kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan. Konsisten
disini kita bisa lihat dari berbagai segi, terutama dalam hal tingkah laku yang
akan kita perbuat. Seseorang yang tidak memiliki konsisten maka ia akan selalu
gagal dalam melakukan pekerjaannya. Istiqamah yang dimaksud adalah berhubungan
dengan perbuatan yang baik, dan tidak merugikan bahkan menyalahi aturan agama.
Sikap
Sabar juga perlu dalam pengembangan
semangat kerja, didalam suatu pekerjaan kita pasti akan mendapatkan suatu
kesulitan. Misalnya kita merasa lelah, atau kita merasa tidak mampu melakukan
pekerjaan yang harus kita lakukan, maka tanpa kesabaran kita tidak akan mampu
menyelesaikan pekerjaan itu. Rasa semangat kerja akan lebih tinggi jika kita ingat untuk bersabar
dalam menjalankan perintah tuhan, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji, untuk
memenuhi kebutuhan semua itu juga memerlukan biaya besar yang hanya kita
dapatkan dengan bersabar dan kerja keras.
Sikap
Ikhlas merupakan dasar etos kerja
yang paling ideal, karena dengan sikap ikhlas seseorang tidak akan pernah
mengenal lelah dalam menjalankan pekerjaannya. Berbeda dengan seseorang yang
tidak memiliki sikap ikhlas, ia akan merugikan banyak pihak terutama dirinya sendiri.
Sikap ikhlas juga membuat seseorang melakukan jujur dalam pekerjaannya. Dengan
demikian, seseorang akan bertanggung jawab atas pekerjaan yang ia lakukan, ia
juga sadar bahwa pekerjaan yang ia lakukan bukan hanya menguntungkan dirinya,
namun juga untuk orang lain.
Ridha
berarti senang, juga merupakan sikap yang diperlukan dalam meningkatkan
semangat kerja. Ridho disini berarti senang terhadap segala perintah tuhan,
termasuk perintah mencari nafkah. Hal itu berarti kita sebagai umat islam harus berusaha keras dalam menghadapi hidup.
Mencari nafkah merupakan salah satu tindakan ridha terhadap Allah, dan jika
kita telah ridho maka pekerjaan seberat apapun kita akan merasa mudah dan
senang.
Kemudian
sikap Qana’ah, yaitu sikap merasa
cukup dengan apa yang telah diperoleh. Seberapa pun upah yang kita dapatkan
kita harus merasa sabar dan bersyukur. Karena sekecil apapun rezeki itu,
janganlah kita mudah putus asa, percayalah semuanya telah ditentukan oleh
Tuhan. Sedangkan apabila kita
mendapatkan rezeki yang lebih, janganlah kita menghamburkannya dengan perbuatan
yang dilarang oleh tuhan. Tujuan qana’ah mengajarkan kita untuk merasa cukup
dengan apa yang kita punya, karena agar kita tidak terdorong terhadap perbuatan
yang sangat dibenci Allah, seperti korupsi ataupun mencuri.
Takwa yang
berarti menjaga atau memelihara, dimaksudkan agar kita selalu menjaga diri
terhadap perbuatan yang tercela. Memelihara rasa takut untuk melakukan tindakan
yang dapat merugikan diri sendiri bahkan
mengahancurkan beradaban manusia. Dengan takwa kita dapat membangun
dunia tanpa melewati babatasan agama.
Kemudian
sikap Tawakal, yaitu sikap berserah
diri kepada Tuhan, atas apa yang telah kita lakukan. Apapun hasil yang Allah
berikan maka kita harus tabah menerimanya. Usaha yang dilakukan terus menerus
juga merupakan salah satu tindakan semangat kerja yang ditanamkan oleh sikap
tawakal.
Tobat mengandung
etos kerja yang tinggi, karena pada intinya tobat adalah memperbaiki diri dari
perbuatan yang tercela kembali kepada perbuatan yang terpuji sebagaimana yang
telah diajarkan agama islam, yaitu dengan cara mencari dan mengembalikan harta
haram yang telah diperoleh. Sehingga tobat dapat meningkatkan semangat kerja
kita untuk mencari nafkah halal dan mengembalikannya kembali dengan rezeki yang
halal.
Zuhud merupakan
salah satu sikap yang diajarkan tasawuf, yaitu mengingatkan kepada umat manusia
agar tidak terlalu cinta terhadap kekayaan yang ada didunia ini. sikap zuhud
tidak berarti membuat hidup kita melarat, sehingga membuat kita malas bekerja.
Zuhud hanya mengajarkan kita untuk mencari nafkah yang halal dan tidak
menghambur-hamburkan uang kita dengan perbuatan maksiat.
Wara’ juga
termasuk salah satu sikap yang diajarkan dalam tasawuf, wara’ berarti
berpantang. Maksudnya, kita harus meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat
atau haram. Wara’ juga Bertujuan untuk mengendalikan hawa nafsu kita terhadap
kekayaan didunia ini. Untuk memakmurkan hidup kita, dengan sikap wara’ kita
tidak akan melakukan perbuatan yang diharamkan agama.
Dengan
rasa Syukur kita juga dapat
meningkatkan semangat kerja, maksudnya kita dapat berterima kasih kepada Allah
SWT, terhadap nikmat yang kita peroleh, berterimaksih tidak hanya dilakukan
dengan lisan, juga harus diikuti dengan tindakan. Misalnya, dengan bekerja
lebih keras. Bekerja disini dalam rangka taat kepada Allah, sehingga pekerjaan
itu tidak boleh sedikitpun ternodai oleh perbuatan yang dilarang oleh Allah.
Cinta merupakan
hal terpenting dalam meningkatkan semangat kerja. Telah kita ketahui, cinta
terhadap Allah adalah cinta yang utama, cinta terhadap diri sendiri dan
keluarga dapat kita tempatkan dibawah cinta kepada Allah. Dengan rasa cinta
itu, sebagai muslim maka semangat kerja kita akan semakin tinggi. Dorongan
semangat bekerja itu dapat berasal dari cinta yang kita miliki, yaitu cinta
kepada Allah karena kita ingin bertakwa kepada-Nya, dan cinta kepada keluarga
karena kita ingin memberikan kebahagiaan kepada mereka dengan memberika nafkan
yang halal.
Sikap
yang selanjutnya adalah Rindu, rindu
disini adalah rindu terhadap Allah yang berada di atas rindu keluarga dan rindu
apapun. Sikap rindu itu akan memacu seseorang untuk selalu berbuat aktif, baik
dalam urusan agama maupun urusan duniawi. Seseorang akan semangat bekerja jika
dia merasa rindu dengan keluarganya. Dengan demikian, rindu merupakan sikap
yang dapat menumbuhkan semangat kerja yang kuat, dengan rindu keluarga berarti
dia rindu terhadap Allah, Karena rindu teradap Allah harus berada di atas rindu
keluarga.
Kemudian
Shidiq, shidiq adalah benar atau
jujur. Maksudnya, benar atau jujur dalam perbuatan ataupun ucapan. Sikap shidiq
dimaksudkan agar orang bekerja dengan jujur. Jujurnya seseorang dapat kita
lihat pada pekerjaan dan ucapannya. Dengan demikian, shidiq dapat meningkatkan semangat kerja seseorang
menjadi kuat. Maka tanpa bekerja, seseorang akan sulit membuktikan kejujurannya
terhadap orang lain.
Syaja’ah
yang berarti berani, maksudnya berani melakukan perbuatan yang benar, meskipun
menanggung resiko yang sangat berat. Seperti halnya dalam pekerjaan, seseorang
pasti terkadang merasa sulit dalam menghadapi pekerjaannya yang disebabkan oleh
rasa takut, namun jika dia mempunya keberanian yang tinggi, maka segala
kesulitan itu dapat diatasinya. Dengan demikian syaja’ah juga dapat menumbuhkan
semangat kerja yang kuat.
Takdir adalah
sebuah ketentuan Tuhan tentang segala sesuatu yang belum terjadi didunia ini.
Setiap orang telah ditakdirkan tuhan untuk memiliki pikiran, kemampuan,
kemauan, dan kebebasan yang bertujuan agar seseorang dapat bekerja untuk
memenuhi kebutuhan dia dan keluarga. Sehingga manusia ditakdirkan untuk bekerja
keras mencari nafkah. Orang yang menyadari takdir yang digariskan Tuhan itu
maka dia akan semangat bekerja sehingga dapat mensejahterakan hidupnya.
Sebaliknya, jika seseorang mengingkari takdirnya, maka hidupnya akan selalu
mendapatkan kesulitan.
Rasa
Malu juga sangat penting dalam
meningkatkan semangat kerja, malu disini malu terhadap Allah dan diri sendiri
saat kita hendak melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah. Mempunyai rasa
malu juga dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Malu untuk berbuat
jahat, maka dapat mendorong seseorang untung berbuat baik. Begitu juga dalam
hal pekerjaan, seseorang akan malu melakukan kesalahan dalam pekerjaannya, maka
dia akan terdorong untuk bekerja keras sehingga tidak melakukan pekerjaan yang
salah.
Dengan
menyebut nama Allah atau Wirid, mengerjakan
sholat sunah, membaca Al quran, zikir, dan doa, selain mendapatkan pahala bagi
yang mengerjakannya, juga dapat membuat ketenangan hati dan pikiran orang
tersebut. Sehingga sangat penting untuk
meningkatkan semangat kerja. Tanpa ketenangan itu, kita tidak akan merasa
tenang, bahkan dapat menyebabkan pekerjaan kita menjadi hancur atau tidak
maksimal.
Seperti
halnya wirid, dengan memperbanyak Zikir orang
akan selalu ingat terhadap Allah dan perintah-Nya, seperti bekerja dan mencari
nafkah untuk keluarga. Dengan demikian zikir juga dapat meningkatkan semangat
kerja yang kuat. Zikir juga dapat memberikan ketenangan hati dan pikiran,
sehingga masyarakat zaman sekarang yang banyak mengalami stress dan dapat
mengganggu jiwa dan pikiran mereka, dengan memperbanyak zikir orang yang merasa
stress itu dapat merasa lebih tenang dalam melakukan pekerjaannya.
Doa adalah
suatu tidakan memohon terhadap Tuhan untuk mendapatkan kebahagian baik di dunia
dan di akhirat. Harus kita sadari bahwa doa tidak dapat berdiri sendiri, dengan
hanya berdoa Tuhan tidak akan pernah mengabulkannya. Doa harus diikuti dengan
usaha atau ikhtiar yang sungguh-sungguh, dengan begitu permohonan itu akan
dikabulkan.
Tafakkur berarti
perenungan, maksudnya kita perlu merenungkan ciptaan Allah yang ada
dimuka bumi ini. Tafakkur adalah perbuatan wirid yang dapat mendekatkan diri
kita terhadap Allah SWT. Tafakkur juga dapat memunculkan kerinduan kita
terhadap perintah-Nya, salah satunya mencari nafkah untu keluarga. Selain itu tafakkur juga dapat membuat hati
dan pikiran kita tenang dalam melakukan pekerjaan kita. Oleh sebab itu,
tafakkur juga menjadi salah satu peningkatan semangat kerja yang kuat.
Uzlah yaitu
mengasingkan diri, yakni mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat, sehingga
dapat menjauhkan diri dari perbuatan maksiat serta melatih kita untuk
membiasakan diri melakukan ibadah. Oleh sebab itu dengan melakukan uzlah kita
dapat menenangkan hati dan pikiran, sehingga dapat meningkatkan kembali
semangat kerja kita dalam memenuhi kewajiban kita untuk mencari nafkah.
Dalam
ajaran tasawuf, Kemiskinan atau farq
artinya seseorang pada dasarnya adalah miskin secara spiritual dan material.
Dengan kemiskinan itu, seseorang akan terdorong untuk selalu mendekatkan diri
kepada-Nya dengan banyak beribadah dan akan berkerja keras untuk mencari rezeki
yang halal dan banyak. Sehingga dengan konsep kemiskinan itu, sikap semangat
kerja seseorang akan lebih terpacu.
Peningkatan
semangat kerja yang terakhir adalah dengan ingat Kematian. Jika mengingat kematian tidak harus dengan menjauhi
urusan dunia, tetapi melakukan perbuatan yang nyata dikehidupan dunia. Dengan
ingat kematian pun kita akan membuat sikap kita untuk lebih berani menghadapi
sebuah kematian. Itu berarti, sikap berani mati yang kita miliki dapat mendorong
kita untung lebih semangat bekerja sampai akhir hayat kita. Orang yang ingat
mati maka adalah orang yang sadar bahwa hidup didunia ini adalah sementara,
dengan begitu dia akan mempergunakan waktunya sebaik-baiknya untuk melakukan
ibadah dan bekerja keras dalam mencari nafkah untuk keluarganya. Semoga kita
termasuk orang yang dapat melakukan sikap-sikap atau perbuatan yang dapat
meningkatkan semangat kerja seperti yang dilakukan para sufi dalam mengamalkan
ajaran tasawuf.
E.
Simpulan
Dapat disimpulkan, bahwa etos menyangkut
semangat hidup, termasuk semangat bekerja, menuntut ilmu pengetahuan dan
meningkatkan keterampilan agar dapat membangun kehidupan yang lebih baik di
masa depan. Manusia tidak akan memperbaiki hidupnya tanpa semangat kerja,
pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang pekerjaan yang ditangani.
Untuk
meningkatkan etos kerja dalam diri kita, para ahli sufi telah mengajarkan kita
melalui sikap yang mereka contohkan dalam kehidupan mereka sesuai dengan ajaran
dan konsep tasawuf. Di antaranya, sikap Optimisme, Istiqamah, Sabar, Ikhlas,
Ridha, Qana’ah, Takwa, Takut, Tawakal, Tobat, Zuhud, Wara’, Syukur, Cinta,
Rindu, Shidiq, Syaja’ah, Takdir, Malu, Zikir, Doa, Tafakkur, Uzlah, Kemiskinan,
dan Kematian.
Semoga
kita termasuk orang yang dapat melakukan sikap-sikap atau perbuatan yang dapat
meningkatkan etos kerja seperti yang dilakukan para sufi dalam mengamalkan
ajaran tasawuf.
Daftar Pustaka
Tasmara,
Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja
Islami. Jakarta : Gema Insani.
Tebba,
Sudirman. 2006. Bekerja dengan Hati.
Jakarta : Bee Media Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar