Cinta membuatku bodoh. Sebetulnya
aku membenci keadaan ini. Sudah lama aku tidak jatuh cinta. Dan tiba-tiba
makhluk gaib itu datang, memberiku sebuah harapan, memberiku kebahagiaan sesaat,
dan jatuhlah aku kedalam pelukan.
“Fa, dicariin Reka tuh!” Nabil
memberi tahu Refa saat waktu istirahat hampir selesai.
“Kalo dia ada perlu, suruh nemuin
gue dikelas. Gue males nyamperin dia! Habis ini gue ada kuis matematika.” Refa
ogah-ogahan.
“Lo tolak dia lagi Fa? Bukannya dia
sebulan ini ngasih perhatian sama lo? Sekali-kali lo tenggepin dia dong Fa, kan
kasian kalo dia harus ngejar-ngejar lo terus. Kalo menurut gue sih, lo temuin
dia deh sekarang, dan lo jujur sama dia kalo emang lo ga suka sama dia.” Tegas
Nabil menasehati.
“Gue bingung sama perasaan gue bil,
gue sebenernya suka sama dia. Tapi……” Refa langsung memotong perkataannya,
karena bel masuk sudah berbunyi, dan saatnya pula Pak Rohim guru matematika
paling killer masuk ke kelas Refa dan memulai kuisnya itu.
***
Dibalik jendela kelas aku termenung
memikirkan percakapan saat waktu istirahat tadi dengan Nabil.
Aku sendiri bingung, apa yang
sedang aku pikirkan kini, pikiranku seakan tak mengerti dengan semua yang
terjadi. Aku selalu bertanya dalam hati, apakah sebenarnya arti cinta itu?
“Sebenernya lo nyari model cowok
kayak apa si Fa? Padahal Reka kan cakep, tajir dan jadi idola cewek-cewek satu
sekolahan kita pula. Oh iya, lo kan tadi belom lanjutin perkataan lo.” Tagih
Nabil melanjutkan percakapan sebelum bel masuk berbunyi.
“Gue gak tau harus jelasin gimana sama
lo bil, gue bingung sama yang namanya CINTA. Gue merasa bodoh kalo mengenal
rasa cinta, gue tuh beda bil, gue gak kaya cewek-cewek bodoh dan centil yang
selalu ngejar-ngejar cowok ganteng dan tajir”. Refa menjelaskan.
“Jadi lo nuduh gw cewek bodoh dan
centil fa?” Nabil merasa tersinggung. Karna Toro pacarnya yang super ganteng,
tajir, dan rajin sholat pula.
“Enggak gitu maksud gue Nabil sayang,
gue gak bermaksud menyinggung perasaan lo. Semua orang kan berbeda selera, termasuk kriteria cowok idaman. Jadi kriteria
cowok gue tuh enggak sama kaya cewek-cewek lainnya”. Jelas Refa yang disambut
muka nabil yang super jutek itu.
“Iya, gue ngerti ko Fa. Trus kalo
gue boleh tau, cowo idaman lo kayak apa?” Tanya Nabil dengan penuh rasa penasaran.
“Ya ada deh, mau tauuu aja……” Sahut
Refa sambil meninggalkan kelas yang dari tadi sudah ditinggalkan penghuni
lainnya, alias sudah pada pulang kerumahnya masing-masing.
Refa dan Nabil berjalan menuju
gerbang sekolah dan menunggu pak Yos, supir pribadinya Refa menjemput. Lima
belas menit mereka menunggu, pak Yos tak kunjung datang, dan tiba-tiba Reka pun datang menghampiri mereka.
“Fa, Bil, kalian mau pulang bareng
gue gak?” Tanya Reka menawarkan.
“Maaf, gue dijemput Pak Yos Ka!”
Sahut Refa judes.
“Tapi kan pak Yos nya belum dateng
fa, ayolah gue mohon sekali ini aja!” Mohon Reka seolah memaksa.
Kriiiiing…. (telepon Refa bunyi)
“Refa, pak Yos gak bias jemput kamu
sayang, kamu pulang naik taksi aja ya!” suara dibalik telepon itu.
“Iya mah, enggak apa-apa kok, Refa
naik taksi aja.” Jawab Refa dengan nada lembut sambil menutup ponselnya.
Dengan
terpaksa Refa pun menyetujui permintaan Reka untuk pulang bareng dengannya,
itupun dibantu oleh rayuannya Nabil.
Atas usaha keras Reka dan bujukan
Nabil selama ini, akhirnya sejak hari itu pula hati Refa pun luluh dan menerima
cinta Reka walau dengan setengah hati, karena Refa masih trauma dengan kisah
cintanya saat SMP yang sangat membuatnya kecewa dan sulit untuk mempercayai
seorang pria.
***
“Gaya pacaran lo aneh deh Fa!
Pacaran tapi enggak kayak pacaran. Jalan gak pernah, nonton belum pernah, ngobrol aja jarang Fa. Emang kenapa
sih?” Tanya Nabil setelah memperhatikan gaya pacaran Refa dan Reka selama 1
bulan ini.
“Gue juga nggak tahu bil, gue kan
dah pernah bilang sama lo. Gue trauma sama yang namanya cinta! Saat gue SMP
dulu gue pernah punya pacar. Gue percaya banget sama dia, karna gue cinta sama
dia. Ternyata selama gue pacaran, selama itu pula gue di khianatin bil. Karena
itu gue selalu merasa bodoh kalau gue mengenal cinta!.”
BRUUUKK….
“Aduhhh!”
Refa menatap gadis cantik, putih,
dan tinggi yang baru saja menabraknya dengan tatapan marah.
“Kalo jalan liat-liat donk, enggak
punya mata ya?” bentak cewek yang katanya murid baru di SMA Refa.
“Punya. Lo ga liat? Ini mata gue, 2
kan?” jawab Refa judes.
“lo baik-baik aja kan Fa?” Tanya
Nabil sambil membantu Refa berdiri.
Reka baru saja datang ketempat
kejadian perkara alias kantin sekolah,
dan langsung membantu Refa untuk berdiri.
“Kamu enggak apa-apa Fa?” Tanya
Reka.
“Enggak apa-apa kok, cuma kesel aja
sama cewek sombong itu. Udah nabrak bukannya minta maaf malah marah-marahin
gue!” Refa merenggut kesal. Mengarahkan tatapan lasernya kepada cewek sombong
yang baru saja menabraknya dan pergi begitu saja tanpa merasa bersalah kepadanya.
***
“Lo kemaren habis jalan sama Reka
ya Fa?” Tanya Nabil setelah bel istirahat berbunyi
“Gue kemarin dirumah aja bil, nggak
kemana-mana. Setelah Reka nganterin gue pulang, gue langsung bantu nyokap
beres-beres dirumah!” Jawab Refa sambil mengingat-ingat.
“Perasaan, gue kemaren liat Reka
jalan sama cewek, gue pikir itu lo Fa, atau mungkin gue salah liat kali ya? Ah,
iya gue pasti salah liat! Lo kan kemaren dirumah aja ya Fa?”
Nabil menyesal bertanya seperti itu
kepada Refa, karena sebetulnya memang ia telah melihat Reka berjalan dengan
seorang cewek yang dikiranya adalah Refa dipusat perbelanjaan kemaren sore.
“Gue pergi dulu ya Fa, gue mau
keperpus dulu! Mau nyari tugasnya pak Rohim.” Nabil meninggalkan Refa dan pergi
keperpustakaan yang sebetulnya ingin mencari Reka untuk menanyakan kejadian sebenarnya
yang ia lihat di pusat perbelanjaan itu.
PLAAK! Tamparan maut Nabil tepat
mendarat dipipi kiri Reka.
“Reka!! Lo ngapain diperpus berduaan
sama cewek ini? Jangan bilang lo juga yang kemaren sore pergi berduaan sama
cewek centil ini?” Nabil marah saat memergoki Reka.
Nabil kecewa setelah melihat Reka
sedang berduaan dengan cewek yang menabrak Refa kemarin, yang diketahui bernama
Tasya itu.
Reka langsung menarik tangan Nabil
dan mengajaknya keluar karena telah membuat gaduh seluruh ruangan perpustakaan.
“Sorry Bil, bukan maksud gue untuk
menyakiti perasaan Refa. Tasya itu mantan gue waktu SMP, gue tuh masih sayang
sama dia! waktu gue tau Tasya pindah ke sekolah ini gue merasa cinta gue yang dulu rasakan bersemi lagi bil.
Sebenernya gue mau ngomong masalah ini sama Refa dari kemaren, tapi gue
bingung! Gue enggak mau nyakitin hati Refa. Plisss bil bantu gue untuk jelasin
masalah ini sama Refa!” Reka menjelaskan sambil memohon kepada Nabil.
“Refaaaaa…!!” Nabil terkejut
setelah melihat Refa berdiri dibalik tembok perpustakaan, sedang mendengarkan percakapan
mereka sedari tadi.
Refa pun menghampiri Reka dan
PLAAAAKK!
Tamparan maut ke-2 mampir tepat
dipipi kanan Reka. Refa pun langsung berlari menuju kelas, saat itu pula Reka
hendak mengejarnya, akan tetapi Nabil langsung mencegahnya.
“Jangan ka! Lebih baik lo jangan
temui Refa untuk sementara waktu, Refa butuh waktu untuk sendiri.” Cegah Nabil.
***
Nabil
dan Refa saling diam. Nabil merasa nggak enak hati kepada Refa, karena ia
merasa bersalah kepada Refa.
“Maafin gue Fa! Ini salah gue, gue
yang udah memaksa lo untuk menerima cintanya Reka.” Nabil merasa bersalah.
“Lo
enggak salah kok Bil, ini salah gue, gue emang enggak bisa memilih cinta. Gue
terlalu bodoh dalam hal cinta.”
“Tapi
gue gak ingin lo terlalu terpuruk Fa, dan gue gak mau lo selalu beranggapan
kalau semua laki-laki di dunia ini penghianat! Enggak semuanya cowok di dunia
ini seperti apa yang lo pikirkan selama ini Fa.”
“Gue
tau bil, tapi Reka itu sama! Dia udah menghianati gue. Dia sama kayak cowok-cowok
yang menghianati gue, mereka nggak pernah bisa jaga perasaan wanita! Karna itu
gue selalu merasa kalau CINTA ITU BODOH!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar