Rabu, 30 Mei 2012

CINTA ITU BODOH


 Cinta membuatku bodoh. Sebetulnya aku membenci keadaan ini. Sudah lama aku tidak jatuh cinta. Dan tiba-tiba makhluk gaib itu datang, memberiku sebuah harapan, memberiku kebahagiaan sesaat, dan jatuhlah aku kedalam pelukan.
“Fa, dicariin Reka tuh!” Nabil memberi tahu Refa saat waktu istirahat hampir selesai.
“Kalo dia ada perlu, suruh nemuin gue dikelas. Gue males nyamperin dia! Habis ini gue ada kuis matematika.” Refa ogah-ogahan.
“Lo tolak dia lagi Fa? Bukannya dia sebulan ini ngasih perhatian sama lo? Sekali-kali lo tenggepin dia dong Fa, kan kasian kalo dia harus ngejar-ngejar lo terus. Kalo menurut gue sih, lo temuin dia deh sekarang, dan lo jujur sama dia kalo emang lo ga suka sama dia.” Tegas Nabil menasehati.
“Gue bingung sama perasaan gue bil, gue sebenernya suka sama dia. Tapi……” Refa langsung memotong perkataannya, karena bel masuk sudah berbunyi, dan saatnya pula Pak Rohim guru matematika paling killer masuk ke kelas Refa dan memulai kuisnya itu.

***
Dibalik jendela kelas aku termenung memikirkan percakapan saat waktu istirahat tadi dengan Nabil.
Aku sendiri bingung, apa yang sedang aku pikirkan kini, pikiranku seakan tak mengerti dengan semua yang terjadi. Aku selalu bertanya dalam hati, apakah sebenarnya arti cinta itu?
“Sebenernya lo nyari model cowok kayak apa si Fa? Padahal Reka kan cakep, tajir dan jadi idola cewek-cewek satu sekolahan kita pula. Oh iya, lo kan tadi belom lanjutin perkataan lo.” Tagih Nabil melanjutkan percakapan sebelum bel masuk berbunyi.
“Gue gak tau harus jelasin gimana sama lo bil, gue bingung sama yang namanya CINTA. Gue merasa bodoh kalo mengenal rasa cinta, gue tuh beda bil, gue gak kaya cewek-cewek bodoh dan centil yang selalu ngejar-ngejar cowok ganteng dan tajir”. Refa menjelaskan.
“Jadi lo nuduh gw cewek bodoh dan centil fa?” Nabil merasa tersinggung. Karna Toro pacarnya yang super ganteng, tajir, dan rajin sholat pula.
“Enggak gitu maksud gue Nabil sayang, gue gak bermaksud menyinggung perasaan lo. Semua orang kan berbeda  selera, termasuk kriteria cowok idaman. Jadi kriteria cowok gue tuh enggak sama kaya cewek-cewek lainnya”. Jelas Refa yang disambut muka nabil yang super jutek itu.
“Iya, gue ngerti ko Fa. Trus kalo gue boleh tau, cowo idaman lo kayak apa?” Tanya Nabil dengan penuh rasa penasaran.
“Ya ada deh, mau tauuu aja……” Sahut Refa sambil meninggalkan kelas yang dari tadi sudah ditinggalkan penghuni lainnya, alias sudah pada pulang kerumahnya masing-masing.
Refa dan Nabil berjalan menuju gerbang sekolah dan menunggu pak Yos, supir pribadinya Refa menjemput. Lima belas menit mereka menunggu, pak Yos tak kunjung datang,  dan tiba-tiba Reka pun datang menghampiri mereka.
“Fa, Bil, kalian mau pulang bareng gue gak?” Tanya Reka menawarkan.
“Maaf, gue dijemput Pak Yos Ka!” Sahut Refa judes.
“Tapi kan pak Yos nya belum dateng fa, ayolah gue mohon sekali ini aja!” Mohon Reka seolah memaksa.
Kriiiiing…. (telepon Refa bunyi)
“Refa, pak Yos gak bias jemput kamu sayang, kamu pulang naik taksi aja ya!” suara dibalik telepon itu.
“Iya mah, enggak apa-apa kok, Refa naik taksi aja.” Jawab Refa dengan nada lembut sambil menutup ponselnya.
            Dengan terpaksa Refa pun menyetujui permintaan Reka untuk pulang bareng dengannya, itupun dibantu oleh rayuannya Nabil.
Atas usaha keras Reka dan bujukan Nabil selama ini, akhirnya sejak hari itu pula hati Refa pun luluh dan menerima cinta Reka walau dengan setengah hati, karena Refa masih trauma dengan kisah cintanya saat SMP yang sangat membuatnya kecewa dan sulit untuk mempercayai seorang pria.
***
“Gaya pacaran lo aneh deh Fa! Pacaran tapi enggak kayak pacaran. Jalan gak pernah, nonton belum  pernah, ngobrol aja jarang Fa. Emang kenapa sih?” Tanya Nabil setelah memperhatikan gaya pacaran Refa dan Reka selama 1 bulan ini.

“Gue juga nggak tahu bil, gue kan dah pernah bilang sama lo. Gue trauma sama yang namanya cinta! Saat gue SMP dulu gue pernah punya pacar. Gue percaya banget sama dia, karna gue cinta sama dia. Ternyata selama gue pacaran, selama itu pula gue di khianatin bil. Karena itu gue selalu merasa bodoh kalau gue mengenal cinta!.”
BRUUUKK….
“Aduhhh!”
Refa menatap gadis cantik, putih, dan tinggi yang baru saja menabraknya dengan tatapan marah.
“Kalo jalan liat-liat donk, enggak punya mata ya?” bentak cewek yang katanya murid baru di SMA Refa.
“Punya. Lo ga liat? Ini mata gue, 2 kan?” jawab Refa judes.
“lo baik-baik aja kan Fa?” Tanya Nabil sambil membantu Refa berdiri.
Reka baru saja datang ketempat kejadian perkara alias  kantin sekolah, dan langsung membantu Refa untuk berdiri.
“Kamu enggak apa-apa Fa?” Tanya Reka.
“Enggak apa-apa kok, cuma kesel aja sama cewek sombong itu. Udah nabrak bukannya minta maaf malah marah-marahin gue!” Refa merenggut kesal. Mengarahkan tatapan lasernya kepada cewek sombong yang baru saja menabraknya dan pergi begitu saja tanpa merasa bersalah kepadanya.
***
“Lo kemaren habis jalan sama Reka ya Fa?” Tanya Nabil setelah bel istirahat berbunyi
“Gue kemarin dirumah aja bil, nggak kemana-mana. Setelah Reka nganterin gue pulang, gue langsung bantu nyokap beres-beres dirumah!” Jawab Refa sambil mengingat-ingat.
“Perasaan, gue kemaren liat Reka jalan sama cewek, gue pikir itu lo Fa, atau mungkin gue salah liat kali ya? Ah, iya gue pasti salah liat! Lo kan kemaren dirumah aja ya Fa?”
Nabil menyesal bertanya seperti itu kepada Refa, karena sebetulnya memang ia telah melihat Reka berjalan dengan seorang cewek yang dikiranya adalah Refa dipusat perbelanjaan kemaren sore.
“Gue pergi dulu ya Fa, gue mau keperpus dulu! Mau nyari tugasnya pak Rohim.” Nabil meninggalkan Refa dan pergi keperpustakaan yang sebetulnya ingin mencari Reka untuk menanyakan kejadian sebenarnya yang ia lihat di pusat perbelanjaan itu.
PLAAK! Tamparan maut Nabil tepat mendarat dipipi kiri Reka.
“Reka!! Lo ngapain diperpus berduaan sama cewek ini? Jangan bilang lo juga yang kemaren sore pergi berduaan sama cewek centil ini?” Nabil marah saat memergoki Reka.
Nabil kecewa setelah melihat Reka sedang berduaan dengan cewek yang menabrak Refa kemarin, yang diketahui bernama Tasya itu.
Reka langsung menarik tangan Nabil dan mengajaknya keluar karena telah membuat gaduh seluruh ruangan perpustakaan.
“Sorry Bil, bukan maksud gue untuk menyakiti perasaan Refa. Tasya itu mantan gue waktu SMP, gue tuh masih sayang sama dia! waktu gue tau Tasya pindah ke sekolah ini gue merasa  cinta gue yang dulu rasakan bersemi lagi bil. Sebenernya gue mau ngomong masalah ini sama Refa dari kemaren, tapi gue bingung! Gue enggak mau nyakitin hati Refa. Plisss bil bantu gue untuk jelasin masalah ini sama Refa!” Reka menjelaskan sambil memohon kepada Nabil.
“Refaaaaa…!!” Nabil terkejut setelah melihat Refa berdiri dibalik tembok  perpustakaan, sedang mendengarkan percakapan mereka sedari tadi.
Refa pun menghampiri Reka dan PLAAAAKK!
Tamparan maut ke-2 mampir tepat dipipi kanan Reka. Refa pun langsung berlari menuju kelas, saat itu pula Reka hendak mengejarnya, akan tetapi Nabil langsung mencegahnya.
“Jangan ka! Lebih baik lo jangan temui Refa untuk sementara waktu, Refa butuh waktu untuk sendiri.” Cegah Nabil.
***
            Nabil dan Refa saling diam. Nabil merasa nggak enak hati kepada Refa, karena ia merasa bersalah kepada Refa.
“Maafin gue Fa! Ini salah gue, gue yang udah memaksa lo untuk menerima cintanya Reka.” Nabil merasa bersalah.
            “Lo enggak salah kok Bil, ini salah gue, gue emang enggak bisa memilih cinta. Gue terlalu bodoh dalam hal cinta.”
            “Tapi gue gak ingin lo terlalu terpuruk Fa, dan gue gak mau lo selalu beranggapan kalau semua laki-laki di dunia ini penghianat! Enggak semuanya cowok di dunia ini seperti apa yang lo pikirkan selama ini Fa.”
            “Gue tau bil, tapi Reka itu sama! Dia udah menghianati gue. Dia sama kayak cowok-cowok yang menghianati gue, mereka nggak pernah bisa jaga perasaan wanita! Karna itu gue selalu merasa kalau CINTA ITU BODOH!!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar